Monday, December 25, 2017

Mendung

  Dalam bayang sering aku berimajinasi mengenai pilihan yang tak kunjung aku lakukan. Getar tulang ekor hingga ujung leher menghantui tiap aku bermain dengan bayang itu. Sering kali aku berfikir bahwa mereka tak menganggapku sungguh. Mungkin karena aku ini pengecut, hanya penuh kata-kata tanpa laku. Seringkali aku memang berkata dan berpena, karena aku masih ingin mencoba. Setidaknya ‘hingga besok’ pikirku tiap kali aku dilanda imaji ini. Aku berkata dan berpena merupakan salah satu cara untuk meninggalkan jejak bilamana suatu hari nanti aku sungguh melakukan apa yang selama ini aku imaji-kan. Aku pengecut, dan aku benci itu. Meski belum sanggup kulakukan, sering aku imaji-kan. Tapi aku tak tahu seberapa lama lagi aku bisa terus mencoba.
  Bilamana kamu ingin mengerti rasanya, aku menggambarkan imaji ini layaknya kamu berkelahi dengan awan hujan yang begitu gelap dan pekat, kamu tahu hanya masalah waktu-lah awan itu akan segera hujan dan menyambarkan ribuan petir-nya, tapi kamu tetap berlari menghindari awan itu. Tiap kali kamu menoleh kebelakang, awan itu bukan semakin jauh, tapi kian melebar, melebar hingga ujung ekor matamu. Rasa takut itulah yang selalu aku rasakan. Perlahan alasanku untuk berlari dari awan itu kian berkurang, dan aku takut bila suatu saat nanti aku akan berhenti mencoba berlari ‘hingga besok’.




No comments:

Post a Comment